Nak, belajarlah bertanggung jawab terhadap tugas dan jabatanmu seperti komandan TNI dengan sportif mengatakan bertanggung jawab atas serangan lapas Cebongan yang dilakukan oleh anak buahnya. Jangan contoh politisi yang ketika terlibat kasus, malah sibuk membela diri, menyewa pengacara terkenal dan menyuap hakim dan jaksa.
Nak, belajarlah dari TNI yang hampir separuh usianya didedikasikan untuk menjamin keamanan negara, tidak seperti politisi yang menghabiskan hampir separuh usianya untuk menjamin keamanan korupsi yang dilakukannya atau dilakukan oleh partainya.
Nak, belajarlah menjadi orang yang jujur dan tidak rakus seperti TNI. Mereka tidak memiliki “rekening gendut” yang sumbernya dipertanyakan.
Nak, belajarlah dari TNI yang meraih jabatan dengan seratus kali pertempuran, tidak seperti politisi yang menduduki jabatan dengan seratus janji palsu.
Nak, belajarlah dari TNI yang mampu memisahkan urusan keluarga dan kepentingan umum. Istri dan keluarganya TNI tidak mencampuri urusan keamanan yang menjadi tanggung jawab suaminya. Sedangkan istri politisi turut memegang kekuasaan dan menjadi penentu kebijakan.
Nak, belajarlah dari TNI yang masuk desa-desa untuk bekerja membangun fasilitas umum, tidak seperti politisi yang masuk ke desa-desa untuk meraup suara di Pemilu.
Nak, belajarlah dari TNI yang berangkat ke luar negeri untuk tugas menjaga perdamaian, tidak seperti politisi pergi ke luar negeri dengan alasan studi banding, tapi nyatanya rekreasi bersama keluarga.
Nak, jika engkau besar nanti, jadilah TNI jangan jadi politisi.
——- Tuan Guru ——-
Artikel Terkait
• Guru Profesional adalah Guru yang Pintar Sulap
• Penerapan Sistem Barcode Tingkatkan Kemunafikan Siswa
• Mendidik Anak Mengenal Ilmu Gaib
• Haruskah Siswa Lulus 100% dalam UN?
• Banyak Guru Menderita Penyakit Amnesia
• Ucapan “Alhamdulillah” yang Menyakitkan Hati
• Profil “Artis Langit”
• Pertanyaan di Hari Kiamat
• Berguru Kepada Allah
• Tidak Ada Manusia yang Tidak Bertuhan