Biografi Singkat Sutardji Calzoum Bachri
Pendidikan dan Awal Karir
Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah pada 17 Maret 1941. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Selama di bangku kuliah, ia aktif sebagai anggota Kompas Klasika, sebuah pool penulisan dan penerbitan majalah di bawah binaan sastrawan HB Jassin.
Setelah lulus, Bachri bekerja sebagai wartawan dan redaktur di sejumlah media, termasuk majalah Hai, majalah Satu, Radio Netherlands Worldwide, dan harian Bernas. Selain itu, ia juga mengajar di Universitas Bina Nusantara dan IKIP Jakarta.
Karya-karya Terkenal
Bachri merupakan salah satu penyair terkemuka Indonesia. Puisi-puisinya banyak dimuat di media massa dan menjuarai lomba-lomba sastra. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain “Tirani” (1963), “Lirik-Lirik Senja” (1964), “Perahu di Teluk Jakarta” (1968), “Sajak Ladang Jagung” (1973), dan “Kitab Omong Kosong” (1977).
Puisi-puisi Bachri banyak dianggap sebagai kritik sosial terhadap pemerintah dan masyarakat. Beberapa karya menggambarkan kehidupan sebagai penulis dan kebebasan berekspresi. Bachri juga dikenal sebagai penulis drama dan esai.
Penghargaan dan Prestasi
Bachri telah menerima berbagai penghargaan atas karyanya, antara lain Hadiah Sastra Nasional dari Pemerintah RI (1974), Penghargaan Jakarta sebagai tokoh budaya terbaik (1995), dan Penghargaan Achmad Bakrie untuk penulis puisi (1999).
Namun, Bachri juga pernah dituduh sebagai penulis yang pro-pemerintah dan menjadi kontroversi di kalangan aktivis dan kritikus sastra. Hal ini terjadi setelah ia menerima penghargaan sebagai sastrawan tahun 1995 dari Pemda DKI Jakarta yang pada saat itu dipimpin oleh gubernur Sutiyoso yang kontroversial. Bachri membela diri dengan menyatakan bahwa penghargaan tersebut adalah pengakuan atas karya sastranya, tidak lebih dari itu.
Sutardji Calzoum Bachri meninggal dunia pada 19 Desember 2007 karena sakit diabetes yang dialaminya sejak lama, meninggalkan warisan karya sastra yang tajam dan kontroversial.
Kehidupan Pribadi Sutardji Calzoum Bachri
Asal Usul dan Keluarga
Sutardji Calzoum Bachri adalah seorang sastrawan terkenal Indonesia yang lahir pada 7 April 1941 di Kota Jambi, Sumatra. Ayahnya, Muhammad Bachri, adalah seorang guru sekolah dasar dan ibunya, Riasyah, adalah seorang ibu rumah tangga. Di dalam keluarga ini, Sutardji merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Sudah sejak kecil, ia menunjukkan bakatnya pada dunia sastra dengan menulis puisi dan karya sastra lainnya.
Kehidupan Setelah Pensiun
Setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai pegawai di PT Telkom Indonesia, Sutardji mengabdikan dirinya pada dunia sastra. Ia lebih banyak menulis puisi dan telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi yang sukses terjual. Selain itu, ia juga aktif sebagai pembaca puisi di beberapa acara sastra dan sering memberikan ceramah mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Read more:
- Biografi Yos Sudarso: Patriot Perintis Kemerdekaan Indonesia
- Biografi Husin Nagib: Pengusaha Sukses dari Aceh
- Biografi Al Khawarizmi: Sejarah Hidup dan Karya Matematikanya yang Fenomenal
Hobi dan Kegiatan Favorit
Selain menulis puisi, Sutardji juga memiliki hobi dan kegiatan favorit lainnya. Salah satunya adalah berkuda dan bermain golf. Ia memiliki kebun yang luas dan sering dikunjungi oleh teman-temannya untuk bermain golf di sana. Selain itu, Sutardji juga aktif berpartisipasi dalam acara olahraga berkuda, baik sebagai peserta maupun sebagai juri.
Demi menginspirasi para calon sastrawan, Sutardji Bachri juga mengadakan berbagai kegiatan menulis bagi para pejuang kata-kata, di antaranya lomba menulis cerita anak dan lomba menulis puisi. Kegiatan ini diselenggarakan baik di tingkat nasional maupun untuk kalangan mahasiswa, termasuk di lingkungan Universitas Indonesia.
Meski kini telah berusia 80 tahun, semangat Sutardji Calzoum Bachri dalam menulis dan berkreasi tetap tinggi. Kehadirannya dalam dunia sastra Indonesia tak bisa dianggap remeh, dan ia layak untuk mendapat penghargaan dan bentuk apresiasi lainnya atas segala kontribusinya.
Kontribusi Sutardji Calzoum Bachri dalam Sastra Indonesia yang Mengubah Paradigma
Bukan rahasia lagi jika Sastra Indonesia adalah salah satu kebanggaan kebudayaan Indonesia. Tidak hanya kaya akan cerita, Sastra Indonesia juga berhasil menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan yang luar biasa di bidang kesusastraan. Salah satu nama besar dalam Sastra Indonesia adalah Sutardji Calzoum Bachri. Terkenal dengan karyanya yang kontroversial, Sutardji Calzoum Bachri berhasil memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan Sastra di Indonesia.
Pengaruh pada Sastra Modern Indonesia
Sutardji Calzoum Bachri menjadi salah satu pionir dalam membentuk Sastra Modern Indonesia. Ia berhasil mengajak para penulis dan sastrawan Indonesia untuk melampaui batas konvensional dalam menulis karya sastra. Karya-karya pelengkap seperti prosa, puisi, cerpen dan drama dipadukan ke dalam sebuah karya yang dapat membangkitkan keberanian para penulis dalam menulis. Ia bahkan menyediakan ruang bagi para penulis dan sastrawan muda untuk mengembangkan karya mereka, menjadi tempat pelatihan bagi para penulis dan sastrawan Indonesia.
Pemikiran dan Pendekatan Sastra
Banyak karya Sutardji Calzoum Bachri yang melebihi kekangan dan batasan dari sebuah sastra. Ia dikenal mempunyai pemikiran yang sangat luas dan kecepatan dalam menuangkan ide-idenya karena seringkali ia menulis karya dalam waktu yang singkat. Karya-karyanya selalu menunjukkan pendekatan yang berbeda dari yang biasa dilakukan oleh para penulis Indonesia umumnya. Ia selalu menunjukkan pandangannya yang berbeda dalam menanggapi isu-isu sosial dalam karya-karyanya. Pada akhirnya, pendekatan dan pemikiran yang ditunjukkan oleh Sutardji Calzoum Bachri berhasil menjadi penanda dari modernitas dalam Sastra di Indonesia.
Kontribusi pada Bahasa Sunda dan Kebudayaan Indonesia
Tidak hanya memberikan kontribusi pada perkembangan Sastra Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri juga memberikan kontribusi pada perkembangan bahasa Sunda dan kebudayaan Indonesia. Ia berhasil menuliskan karya-karya dalam bahasa Sunda yang menjadi awal mula dari perkembangan Sastra Sunda yang modern dan bisa berdiri di samping Sastra Indonesia yang sudah kukuh eksistensinya. Selain itu, karya-karyanya juga memberikan pengaruh besar dalam memasyarakatkan kebudayaan Indonesia yang beragam dan unik.
Secara keseluruhan, kontribusi Sutardji Calzoum Bachri dalam Sastra Indonesia adalah mata rantai dalam mengubah paradigma Sastra di Indonesia. Guna menghargai Sutardji Calzoum Bachri, penting bagi masyarakat Indonesia untuk mempelajari karya-karyanya dan mengenali pentingnya kontribusi dari sosok ini dalam menghidupkan jati diri Sastra Indonesia.
Kesimpulan Biografi Sutardji Calzoum Bachri
Kontroversi dalam Karya dan Pernyataannya
Sutardji Calzoum Bachri dikenal sebagai penyair ternama Indonesia yang memiliki karya-karya yang kontroversial. Namun, bukan hanya itu saja yang membuatnya terkenal. Pernyataannya yang kerap menjadi sorotan juga turut menambah kepopulerannya.
Salah satu karya utama Sutardji Calzoum Bachri yang kontroversial adalah puisi “Nyanyi Sunyi Seorang Bisu”. Puisi ini menggambarkan kegelisahan terhadap tindakan penjajahan, termasuk penjajahan terhadap bahasa.
Keberanian dan Ketidakadilan
Tak hanya melalui puisi-puisinya yang kontroversial, Sutardji Calzoum Bachri juga dikenal sebagai seorang yang berani mengkritik pemerintah. Hal ini tercermin dari pernyataannya tentang ketidakadilan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Banyak orang mengagumi sikap keberanian Sutardji Calzoum Bachri dalam menghadapi tantangan dan mengungkapkan pandangannya tentang keadaan Indonesia. Namun, di sisi lain, ia juga kerap menjadi sasaran kritik dan ancaman dari pihak yang tidak setuju dengan pandangannya.
Pentingnya Mengapresiasi Karya Kontroversial
Tentunya, karya-karya Sutardji Calzoum Bachri yang kontroversial ini masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Namun, kita harus menyadari bahwa karya seni adalah hasil kreasi yang unik dari imajinasi dan pengalaman seseorang.
Mengapresiasi karya-karya seni, terlepas dari kontroversi yang mungkin menyertainya, adalah sebuah bentuk penghormatan bagi sang seniman. Dan bagi Sutardji Calzoum Bachri sendiri, karya seni adalah sebuah wadah untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sebagai seorang manusia.